Bulan Juni, harusnya jadi bulan penuh
semangat. Masih banyak kegiatan didepan mata yang menunggu dengan setia untuk
di jamah. Bukan waktunya untuk mikirin hal-hal yang bukan prioritas, yang hanya
menghambat. Karena masih banyak hal lain yang jauh lebih penting. Saya bukan
pujangga yang bisa mengukir kata-kata dengan tulisan yang berbeda dari makna aslinya,
tulisan-tulisan yang terkesan lebih halus dari yang sebenarnya dan memang
menulis bukan bakat saya. Karena hanya berkomentar pun terkadang malah ada orang
lain yang merasa tersindir. Padahal saya enggak lagi menyindir siapa-siapa.
Karena memberitahu pun kadang jadi malah terkesan sok tahu. Karena memang
orang-orang dibelakang saya nanyanya ke saya, memberitahu nya ke saya. Saya
hanya sekedar menyampaikan. Mungkin cara penyampainnya yang salah. Atau mungkin
juga orang yang saya tanya, orang yang saya beri tahu yang salah
menerimanya.
Komunikasi harusnya dua arah. Yang menyampaikan
salah, atau yang menerima salah, salah juga hasilnya. Saya yang terbiasa sergep
bahasa jawanya. Karena memang orang tua saya mengajarkan untuk gesit, tidak
hanya diam menunggu nunggu informasi dari orang-orang lain, tapi kalau bisa
jadi orang yang aktif, tidak hanya menjadi bagian dari yang pasif. Bahasa
gampangnya engga tunggu-tungguan. Kalau enggak ada yang bergerak tapi semuanya
cuman tunggu-tungguan mau nunggu apa kamu? mau nunggu sampai kapan?
Karena mungkin suara
saya yang keras, jadi dikira marah-marah. Mungkin tulisan saya yang sebenernya
lagi bingung, jadi dikira marah-marah juga. Karena mungkin cara saya
berkomentar mengutarakan ketidak sukaan saya terlalu jelas, terlalu gamblang.
Karena mungkin orang-orang lebih suka dengan orang yang penyampain didepan
secara baik-baik tapi tidak pernah lupa dengan kejadiannya, mungkin orang-orang
lebih suka dengan orang yang didepan baik-baik saja tapi tidak tahu
dibelakangnya bagaimana. Karena mungkin ada yang merasa kenapa dia? Kalau
ditanya kenapa? Saya juga tidak tahu kenapa. Silahkan tanyakan saja sama
orang-orang yang mungkin sudah percaya dengan saya. Karena kepercayaan mahal
harganya dan sampai sekarang Alhamdulillah saya masih bisa menjaga kepercayaan
itu sampai sekarang, dan mudahan seterusnya. Amin.
Tapi kalau dilihat-lihat lagi masih ada juga
orang yang tidak percaya dengan saya, yang masih meragukan saya.
Namanya juga hidup, mau udah sebaik apapun tetep aja pandangan orang beda-beda. Banyak yang suka, banyak
yang enggak suka, banyak yang memuji, banyak yang menghujat, banyak yang percaya, banyak yang engga
pecaya itu hal biasa. Tapi jangan lupa harus terus banyak belajar, mungkin biar
bisa sama-sama belajar membangun hubungan yang lebih baik, yang lebih efektif
komunikasi harus terjadi dua arah, bukan hanya satu arah dari depan dan satunya
lagi ngomongnya dibelakang. Gaakan ketemu, gaakan selesai, yang satu gaakan pernah tahu, dan malah gak menemukan solusi tapi malah jadi
memperumit. Kalau semua bisa diomongin baik baik diomongin didepan semua
masalah bisa terpecahkan, terselesaikan. Berani berkomentar kalau enggak suka
ataupun suka didepan, tapi gaperlu terus terusan dibicarakan dibelakang. Berani berkomentar kalau memang bukan kamu, jangan hanya mengiyakan apalagi misalnya bukan kamu bahkan kamu tidak pernah melakukannya. Gaada salahnya kan kalau memberi tahu. Jadi, gaperlu
memperumit diri sendiri kan?